Langkah mengejutkan datang dari mesin pencari berbasis AI, Perplexity, yang secara resmi mengajukan penawaran untuk membeli Chrome dari Google senilai $34,5 miliar tunai. Tawaran ini bersifat unsolicited (tanpa diminta) dan pertama kali dilaporkan oleh Reuters.
Baca Juga : DeepSeek VS ChatGPT, Mending Pilih Yang Mana?
Menurut keterangan perusahaan, Perplexity siap mempertahankan Chromium mesin inti di balik Chrome sebagai proyek open source, sekaligus menginvestasikan tambahan $3 miliar untuk pengembangannya.
Google Chrome Tetap Menjadi Browser Default
Salah satu poin menarik dari penawaran ini adalah janji Perplexity untuk tidak mengubah pengaturan default pengguna Chrome. Itu berarti, meskipun Chrome berpindah kepemilikan, Google Search akan tetap menjadi mesin pencari utama, bukan diganti ke layanan AI milik Perplexity sendiri.
“Komitmen kami jelas: pengguna Chrome tidak akan kehilangan pengalaman yang mereka kenal selama ini,” ujar juru bicara Perplexity kepada TechCrunch.
Google Belum Beri Tanggapan
Hingga berita ini ditulis, Google belum memberikan komentar resmi terkait penawaran tersebut. TechCrunch menyebutkan, mereka akan memperbarui informasi begitu ada tanggapan dari pihak Google.
Latar Belakang
Penawaran ini muncul di tengah tekanan hukum yang sedang dihadapi Google. Pada Maret lalu, Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) mengusulkan agar Google dipaksa menjual Chrome setelah pengadilan memutuskan raksasa teknologi itu melakukan praktik monopoli ilegal di ranah pencarian online.
Google sendiri menolak untuk menjual Chrome dan menyatakan siap melawan putusan tersebut. DOJ diperkirakan akan menetapkan rincian langkah pemisahan ini, kemungkinan dalam waktu dekat.
Selain kasus Chrome, Google juga menghadapi gugatan federal lain terkait dugaan monopoli di sektor adtech. DOJ mengusulkan agar Google melepas dua produk adtech atau membubarkan sebagian bisnis periklanan mereka.
Minat Akuisisi
Menariknya, ketika DOJ pertama kali menyarankan Google melepas Chrome, OpenAI dan Perplexity langsung menyatakan minat untuk membelinya. Hal ini cukup wajar, mengingat Chrome saat ini menguasai 68% pangsa pasar browser secara global (Statcounter).
Kalau pengadilan benar-benar memutuskan Chrome harus dijual, besar kemungkinan akan muncul gelombang penawaran dari perusahaan teknologi di seluruh dunia.
Nilai Chrome Bisa Lebih Tinggi
Pada April lalu, CEO mesin pencari pesaing, DuckDuckGo, bahkan sempat bersaksi bahwa nilai Chrome bisa mencapai “lebih dari $50 miliar”, menurut laporan Bloomberg. Jika klaim ini benar, maka penawaran Perplexity senilai $34,5 miliar bisa dibilang sebagai “harga miring” untuk aset sebesar itu.
Penawaran Lebih Besar dari Modal Perusahaan
Fakta lain yang membuat penawaran ini menarik perhatian adalah jumlahnya yang jauh melampaui modal yang pernah dikumpulkan Perplexity. Menurut PitchBook, startup ini baru mengumpulkan sekitar $1,5 miliar pendanaan hingga saat ini, termasuk putaran tambahan senilai $100 juta bulan lalu yang membuat valuasinya berada di angka $18 miliar.
Artinya, jika tawaran ini benar-benar direalisasikan, Perplexity harus mencari cara pembiayaan tambahan dalam jumlah besar.
Strategi Perplexity
Terlepas dari tawaran akuisisi Chrome, Perplexity juga sudah mulai membangun ekosistemnya sendiri. Bulan lalu, mereka meluncurkan Comet, browser buatan sendiri yang dirancang untuk mendukung layanan pencarian AI tanpa harus bergantung pada browser milik pesaing, termasuk Google.
Bukan hanya itu, masih di bulan yang sama, Perplexity juga dikabarkan mengajukan proposal merger dengan TikTok menunjukkan ambisi besar perusahaan ini dalam menguasai pasar digital dari berbagai sisi.
Baca Juga : Bug Berbahaya di WinRAR Dimanfaatkan Hacker, Update Sekarang Juga!
Tawaran Perplexity untuk membeli Chrome ini bisa menjadi salah satu manuver terbesar di industri teknologi tahun ini. Dengan latar belakang persaingan ketat di pasar mesin pencari, tekanan regulasi terhadap Google, dan potensi nilai ekonomi Chrome yang sangat tinggi, langkah ini jelas akan menjadi sorotan global.
Apakah Google akan mempertimbangkan tawaran tersebut, atau tetap bertahan melawan putusan pengadilan? Waktu yang akan menjawab. Yang pasti, drama di dunia browser dan AI search baru saja memasuki babak baru yang sangat menarik untuk diikuti.