Kalau kamu sudah cukup lama mengikuti dunia crypto, pasti sadar kalau market ini bergerak dalam siklus. Ada fase bullish di mana semua orang merasa jadi jenius karena portofolionya hijau terus. Ada pula fase bearish yang bikin banyak orang pasrah, sebagian bahkan kapok masuk lagi.
Baca Juga : 5 Keuntungan Belajar Crypto di 2025: Peluang Emas di Era Digital
Nah, titik yang paling menantang justru ada di puncak siklus. Harga naik gila-gilaan, euforia di mana-mana, berita positif muncul setiap hari, dan media sosial penuh dengan pamer profit. Sekilas memang menyenangkan, tapi percayalah, justru di sinilah jebakan terbesar menunggu.
Pertanyaannya sederhana: apa langkah terbaik yang bisa dilakukan investor saat market crypto mendekati puncaknya?
Kalau kamu berharap ada jawaban pasti, sayangnya tidak ada. Bahkan trader paling berpengalaman pun tidak bisa menunjuk hari dan tanggal kapan puncak itu benar-benar terjadi. Yang bisa kita lakukan hanyalah antisipasi. Karena hukum pasar sederhana: setiap kenaikan besar biasanya akan diikuti oleh penurunan yang tidak kalah tajam.
Sebagai seseorang yang sudah lebih dari 10 tahun nyemplung di dunia trading mulai dari saham, forex, hingga crypto saya ingin berbagi empat langkah praktis yang bisa kamu jadikan pegangan.
1. Kelola Eksposur dan Jangan Malu Realisasikan Profit
Banyak orang terlalu nyaman melihat portofolionya hijau, sampai lupa bahwa profit itu hanya angka semu kalau belum direalisasikan. Saya sering melihat kasus di mana investor enggan menjual karena takut ketinggalan kenaikan berikutnya. Akhirnya, ketika harga anjlok, bukan hanya profit yang hilang, modal pun ikut terkikis.
Solusi sederhana adalah take profit secara bertahap. Kamu tidak perlu menjual semua sekaligus. Cukup kunci sebagian, misalnya 20–30% dari posisi. Dengan begitu, kamu tetap bisa menikmati potensi kenaikan kalau harga lanjut naik, tapi di sisi lain, profit yang sudah kamu pegang tidak akan hilang begitu saja.
Prinsip yang selalu saya pegang: lebih baik menyesal menjual terlalu cepat, daripada menyesal tidak menjual sama sekali.
2. Diversifikasi ke Aset yang Lebih Aman
Saat market mulai panas, wajar sekali kalau kita merasa serakah. Namun, justru di fase inilah penting untuk menata ulang portofolio. Salah satu strategi sederhana adalah memindahkan sebagian dana ke aset yang lebih stabil, seperti stablecoins (USDT, USDC, DAI, dan sejenisnya).
Stablecoin ibarat “tempat berlindung sementara” ketika badai datang. Nilainya relatif stabil karena dipatok ke dolar, sehingga bisa membantu mengurangi guncangan di portofolio. Bahkan, banyak investor besar yang sengaja menambah porsi stablecoin menjelang bear market agar punya amunisi untuk buy the dip di harga lebih murah.
Contoh sederhana: alokasikan 30% di Bitcoin atau Ethereum (aset besar yang lebih kokoh), sisanya 70% di stablecoin. Dengan strategi ini, kamu tetap ikut di market, tapi punya dana cadangan kalau harga tiba-tiba koreksi dalam.
3. Jangan Terjebak FOMO
FOMO adalah jebakan klasik. Semakin dekat market dengan puncak, semakin banyak narasi indah bermunculan: “Bitcoin menuju 200 ribu USD”, “Altcoin ini bisa 100x lipat”, dan sebagainya. Narasi ini bukan muncul kebetulan, tapi sering jadi “bahan bakar” untuk mendorong retail ikut membeli di harga tinggi.
Kalau kamu tidak hati-hati, justru bisa jadi bagian dari “exit liquidity” bagi mereka yang sudah masuk lebih awal. Ingat, crypto bisa turun 50% dalam beberapa minggu tanpa ampun. Jadi, jangan biarkan euforia membuat kamu kehilangan logika.
Cara paling sehat adalah tetap berpegang pada rencana. Kalau target profit sudah tercapai, realisasikan. Kalau strategi diversifikasi sudah dibuat, jalankan. Ingat, kesempatan di crypto itu selalu datang, bukan hanya sekali.
4. Ubah Mindset
Di fase awal bull market, wajar kalau tujuan kita adalah mencari profit sebanyak mungkin. Tapi mendekati puncak siklus, mindset harus bergeser: dari agresif menjadi defensif.
Artinya, sebelum masuk posisi baru, tanyakan dulu:
- Apakah risk-to-reward ratio masih masuk akal?
- Di mana titik cut loss kalau prediksi meleset?
- Apakah ini peluang nyata, atau hanya dorongan emosional karena takut ketinggalan?
Sebagai trader, saya lebih memilih kehilangan sedikit peluang ketimbang terjebak di posisi rugi besar. Ingat, di market seperti crypto, survival lebih penting daripada heroik sesaat. Yang bisa bertahan melewati bear market, hampir pasti akan punya kesempatan emas lagi di siklus berikutnya.
Baca Juga : Rate Cut & Dampaknya ke Crypto: Apa yang Harus Investor Siapkan?
Kesimpulan
Menghadapi puncak siklus crypto bukan soal menebak tepat kapan harga akan berbalik arah. Itu hampir mustahil. Fokus utama kita seharusnya adalah melindungi modal, menjaga profit, dan tetap disiplin dengan strategi.
Market akan selalu datang dalam siklus: naik, turun, lalu naik lagi. Kalau kamu bisa menjaga diri di fase sulit, percayalah, peluang berikutnya akan selalu terbuka.
Seperti kata pepatah lama di dunia investasi: “It’s not about timing the market, it’s about time in the market.” Jadi, jangan hanya sibuk mengejar keuntungan jangka pendek. Pastikan kamu juga punya strategi untuk tetap bertahan jangka panjang.